PENGANTAR
FILOLOGI
1. Diana
Shinta (53020190143)
2. Dzil
Fadlliyah (53020190001)
3. Miftahul
Hafid Muhammad (53020190107)
Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga
Abstrak:
Sebagai salah satu cabang ilmu, filologi tidak mungkin berdiri sendiri dan selalu
membutuhkan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, filologi selalu berkaitan dengan
ilmu-ilmu lain. Dengan kata lain, filologi lebih mengedepankan pendekatan
interdisipliner. Di antara ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan dekat dengan
filologi dapat disebutkan antara lain : ilmu bahasa (linguistik), ilmu sastra,
sejarah, antropologi, agama, filsafat, kebudayaan, folklor dan ilmu-ilmu lain.
Objek studi filologi adalah naskah, sedangkan sasarannya adalah teks. Dalam hal
ini kedua istilah tersebut dibedakan artinya dan tidak sama dengan pemahaman
sehari-hari. Naskah adalah ujud konkret dari teks yang berupa naskah tulisan
tangan atau cetak pada kertas, kulit kayu, lontar, tembaga yang merupakan
refleksi kehidupan masyarakat pada zamannya. Sedang teks adalah isi atau kandungan
yang ada dalam naskah dan bersifat abstrak termasuk di dalamnya buah pikiran
dan perasaan yang terkandung di dalamnya. Naskah-naskah tersebut biasanya
disimpan di museum-museum atau perpustakaan dan juga koleksi pribadi yang
tersebar di seluruh dunia di hampir 26 negara di Asia, Eropa, dan Amerika.
Naskah yang tersimpan di museummuseum atau perpustakaan biasanya sudah disusun
dalam bentuk katalogus naskah.
Kata
Kunci: Pengantar, Filologi
PENDAHULUAN
Sejarah dan perkembangan
studi filologi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan filologi
di Eropa sebagai tempat kelahiran filologi pada masa lalu. Maka pertanyaannya
adalah, bagaimana jejak sejarah perkembangan filologi dari Eropa sampai ke
Nusantara, kiranya perlu diuraikan secara singkat sejarah perkembangannya dari
dulu sampai sekarang.
Awal kegiatan filologi di
Iskandaria dilakukan oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM dipelopori oleh
Erastothenes. Kegiatan mereka utamanya adalah meneliti naskah-naskah
peninggalan abad ke-8 SM yang ditulis diatas daun papyrus. Filolog saat itu
harus memiliki pengetahuan yang tinggi karena untuk mengetahui isi naskah
terlebih dahulu harus mengetahui huruf yang dipakai, kemudian menyalinnya ke
dalam huruf yang berlaku saat itu. Di sinilah proses kerja filologi mereka
lakukan dengan membetulkan kesalahankesalahan, membetulkan kesalahan ejaan,
bahasa, tata tulis, kemudian menyalin kedalam keadaan yang sudah benar jauh
dari kesalahan-kesalahan. Salinan naskah kadang-kadang diberi penjelasan dan
komentar serta tafsirantafsiran sesuai dengan interpretasi mereka. Inilah awal
munculnya madzab Iskandariyah. Kegiatan perdagangan naskah waktu itu cukup
ramai dan berakhir abad ke-1 SM bersamaan dengan jatuhnya Iskandariyah ke
bangsa Romawi.
Kegiatan para filolog madzab Isandariyah adalah mengkaji karya-karya Homerus, Plato, Herodotus, Hippocrates, Socrates dan Aristoteles yang berisi berbagai ilmu pengetahuan, filsafat dan karya sastra bermutu tinggi. Setelah Iskandariyah jatuh maka kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan yang berpusat di Roma. Kegiatan ini berlangsung sampai abad ke-4 saat terpecahnya kerajaan Romawi menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filologi
Filologi secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata,
yaitu philos yang berarti “teman” dan logos yang berarti “pembicaraan atau
ilmu”. Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti
“senang berbicara” atau “senang ilmu” (Baried, 1996). Arti ini kemudian
berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, dan senang kepada
hasil-hasil karya-karya tulis yang bermutu tinggi, seperti karya sastra. Tujuan
dari mempelajari filologi yaitu untuk mengetahui isi teks dari pengarang dan
mengetahui bentuk teks yang disajikan. Selain itu, filologi adalah ilmu yang
mempelajari kebudayaan, ilmu sosial, hingga sejarah.
B.
Filologi
Sebagai Istilah
Filologi sebagai istilah
dipakai sejak abad ke-3 S.M. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh
Erastothenes untuk menyebut proses kerja sekelompok ahli yang melakukan studi
terhadap teks-teks klasik Yunani dengan tujuan mencari bentuk mula teks.
Istilah filologi semakin lama semakin berkembang dan digunakan dalam berbagai
bidang ilmu.
Filologi merupakan sumber
dari segala sumber ilmu. Karena dengan filologi, berbagai teks yang berisi
beraneka macam bidang ilmu, dibedah melalui disiplin ilmu filologi. Filologi
juga sering disamakan dengan ilmu sastra, karena melalui kajian filologi,
karyakarya sastra klasik dibedah dan dianalisis. Filologi juga berhubungan erat
dengan linguistik, oleh karena itu filologi juga sering disamakan dengan ilmu
bahasa, terutama diakronik.
Filologi dalam
perkembangan selanjutnya menjadi istilah khusus sebagai ilmu dengan bidang
garap teks-teks klasik. Teks-teks klasik tersebut digarap dengan metode khusus
untuk berbagai macam tujuan, baik untuk mengetahui maksud penyusunan teks,
mengetahui bentuk teks mula, memaknai variasi teks, dan lain-lain.
C.
Beberapa
Definisi Istilah Filologi
§ Mario
Pei dalam bukunya yang berjudul Glossary of Linguistic Terminology memberikan
batasan bahwa filologi merupakan ilmu dan studi bahasa yang ilmiah seperti yang
disandang oleh linguistik pada masa sekarang, dan apabila studinya dikhususkan
pada teks-teks tua, filologi memperoleh pengertian semacam linguistik historis
(Baried, 1985: 3).
§ Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1993: 277) merumuskan istilah filologi sebagai ilmu
tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana
terdapat di bahanbahan tertulis.
§ Soebadio
(1991: 3) menyatakan bahwa filologi adalah teknik telaah yang menyangkut
masalah-masalah dalam naskah lama. Filologi juga dapat diartikan sebagai telaah
sastra (kesusastraan) dan ilmu (disiplin) yang berkaitan dengan sastra atau
bahasa yang dipakai dalam karya sastra. Tetapi dalam perkembangannya telaah
dengan teknis filologi kemudian mendapat arti jangkauan yang lebih luas, yaitu
dihubungkan dengan masalah-masalah kebahasaan secara umum, termasuk
bidang-bidang yang kini digolongkan bidang linguistik, seperti tata bahasa,
semantik, perubahan sandi, dan lain-lain.
Dewasa
ini pengertian filologi telah menjadi lebih luas dan terarah, yaitu meliputi
telaah mengenai bahasa yang digunakan manusia (human speech), terutama bahasa
sebagai wahana sastra dan sebagai bidang studi yang dapat memberi kejelasan
mengenai sejarah kebudayaan (Soebadio, 1991: 3).
§ Sedangkan
Morgan L. Walters menyatakan bahwa filologi adalah: The study of the origin,
relationship, development, etc. of language. ‘penyelidikan tentang keaslian,
hubungan, perkembangan, dan sebagainya dari bahasa.
§ Webster’s
New International Dictionary menyatakan bahwa filologi adalah ilmu bahasa dan
studi tentang kebudayaankebudayaan bangsa-bangsa yang beradab seperti
diungkapkan terutama dalam bahasa, sastra, dan agama mereka (Sutrisno, 1981: 8)
§ Groot
Woordenboek der Nederlandse Taal dinyatakankan bahwa filologi adalah ilmu
mengenai bahasa dan sastra suatu bangsa, mula-mula berhubungan dengan bahasa
dan sastra bangsa Yunani dan Romawi, tetapi kemudian meluas kepada bahasa dan
sastra bangsa lain seperti bangsa Perancis, Spanyol, Portugis, Jerman, Belanda,
Inggris, dan Slavia (Sutrisno, 1981: 8).
§ Filologi
juga diberi artian sebagai satu disiplin yang berhubungan dengan studi terhadap
hasil budaya manusia pada masa lampau (Soeratno, 1990:1). Sedangkan Djamaris
(1977: 20) menyatakan bahwa filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya
adalah manuskrip-manuskrip kuna
§ Berbeda
halnya dengan Bachtiar (1973: 1), yang memberikan batasan bahwa filologi adalah
pengetahuan mengenai naskahnaskah sastra. Di Indonesia, yang dalam sejarahnya
banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, arti filologi mengikuti penyebutan yang
ada di negara Belanda, yaitu suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada
bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi
kebudayaan.
v Filologi
di Indonesia diterapkan pada teks-teks yang menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasabahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda,
Jawa, Bali, Bugis, dan lainlain. naskah yang mendukung teks dalam bahasa-bahasa
tersebut terdapat pada kertas atau lontar.
v Filologi
dalam Kamus Istilah Filologi (1977: 27), didefinisikan sebagai “ilmu yang
menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya, atau yang
menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya”. Djamaris (1977:
20) memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai filologi. Filologi
diartikan sebagai suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah
manuskrip-manuskrip kuna.
v Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian filologi secara luas,
adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi
bahasa, sastra, seni, dan lain-lain. Perkembangan tersebut dipelajari melalui
hasil budaya manusia pada masa lampau berupa manuskrip-manuskrip kuna yang
kemudian diteliti, ditelaah, difahami, dan ditafsirkan.
v Sebagai
suatu disiplin ilmu, filologi memungkinkan adanya studi mengenai hasil budaya
(buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilainilai yang
turun-temurun berlaku dalam masyarakat) manusia pada masa lampau. Dengan
demikian, filologi merupakan suatu disiplin yang tergolong dalam ilmu-ilmu
humaniora. Pengertian-pengertian filologi di atas, menggambarkan keluasan
jangkauan analisis filologi.
D.
FILOLOGI
DAN SEJARAH KEBUDAYAAN
Untuk melakukan pendekatan historis terhadap
karya-karya sastra lama Nusantara, pemahaman tentang sejarah kebudayaan
merupakan hal yang sangat penting, utamanya tentang sejarah kebudayaan Hindu
dan Islam. Tanpa pengetahuan yang mendalam tentang sejarah kebudayaan Hindu,
orang tidak akan memahami mengapa seorang istri rela terjun ke dalam api
sewaktu sang suami dikremasi dalam upacara kematian yang disaksikan orang
banyak. Inilah yang disebut patibrata, ialah rela mati untuk bersama suami dengan
cara menceburkan diri ke dalam api sebagai bukti cinta istri kepada suami yang
sudah terikat kedalam janji sehidup semati. Kejadian seperti itu dilukiskan
dalam naskah-naskah Jawa Kuna Smaradhana dan Kunjarakarna. Contoh lain adalah
hubungan genealogi raja-raja Jawa yang sering dikaitkan dengan garis mangiwa
dan manengen yang menyebutkan bahwa para raja Jawa memiliki garis keturunan
sampai kepada para dewa dan nabi Adam. Nabi Adam menurunkan Nabi Sis dan
selanjutnya Nabi Sis menurunkan rajaraja di Jawa melalui para dewa yang
menurunkan para tokoh wayang melalui keluarga Pandawa. Dari keluarga Pandawa
inilah yang kemudian menurunkan Raja Jayabaya yang selanjutnya melahirkan
raja-raja di Jawa. Ini suatu bukti bahwa pengaruh kebudayaan Hindu yang mengacu
kepada para dewa dan kebuayaan Islam yang merujuk kepada nabi Adam.
Dalam tradisi naskah melayu, kelahiran seorang raja
sering dikaitkan dengan terjadinya keganjilan-ganjilan yang menyertai kelahiran
sang raja, misalnya ada yang lahir dari kumpulah buih dilaut (Putri Junjung
Buih), ada juga yang lahir dari sebuah batang bambu (Putri Betung), kelahiran
seorang raja yang turun dari langit dengan membawa bola emas (Agung Batara Dewa
Sakti), ada juga yang ditemukan lahir di atas kepala Gajah (Merah gajah). Di
samping itu, ada juga yang ditarik silsilahnya kepada Raja Iskandar Dzulkarnain
(Sejarah Melayu) yang konon pernah turun ke Bukit Siguntang dan kemudian
melahirkan raja-raja Melayu melalui perkawinannya dengan Putri Raja Hindi.
E.
KEGIATAN
FILOLOGI DI NUSANTARA
Kegiatan filologi di Nusantara diawali dengan
kedatangan para musafir dan para pedagang yang datang di Nusantara pada awal
abad 15 dan 16. diantara para musafir itu dapat disebutkan antara lain: Tome
Pires dan Antonio Lombardo Pigafetta. Tome Pires adalah seorang pegawai kantor
Perdagangan Portugis yang pada tahun 1512 ikut kepala dagang ke Cina. Dalam
perjalanannya itu ia singgah di Malaka, Sumatra, Maluku dan Nusa Tenggara yang
kisahnya ditulis dalam Summa Oriental Sementara Pigafetta yang ikut kapal Magelhaes
berkeliling dunia, singgah di Nusantara dengan mencatat suku-suku bangsa di
Maluku dan Timor. Ia sempat menyusun daftar kata-kata Melayu yang terdiri dari
426 kata-kata yang diberi judul Vocabuli de Questi Populi Mori.
Kemudian disusul kelompok para pendeta Nasrani yang
dikirim ke Indonesia untuk menyebarkan agama Nasrani. Akan tetapi di samping
sebagai penyiar agama mereka juga meneliti adat istiadat setempat. Mereka
antara lain: Francois Valentijn, M. Teffer, C. Poensen, N. Graafland dan
Wilken. Kelompok berikutnya adalah para sarjana bahasa yang dikirim oleh misi
dan zending yang bertugas mempelajari bahasa daerah setempat dan menterjemahkan
kitab Bijbel ke dalam bahasa-bahasa daerah tersebut. Para Sarjana bahasa ini
dilengkapi pengetahuan bahasa Arab, Ibrani, Persia dan Turki. Di antara para
sarjana bahasa tersebut dapat disebutkan antara lain: A.C. Ruyl, M. Leydekker,
G.H. Werendly, J.H.C. Kern, W. Von Humboldt, Cohen Stuart, dan van der Tuuk. Di
antara sarjana yang disebut terakhir tersebut kemudian dikenal sebagai
ahli-ahli filologi dan linguistik Nusantara.
Perkembangan Filologi
- Filologi
di Eropa Daratan
Kegiatan filologi mulai dilakukan oleh bangsa Yunani
di abad ke-3 SM di kota Iskandariyah. Masyarakat Yunani berhasil membaca naskah
kuna di abad ke-8 SM. Teks tersebut ditulis dengan huruf Funisia, yang kini
dikenal dengan huruf Yunani. Teks tersebut ditulis dalam media daun papirus
yang digunakan untuk kegiatan transliterasi tradisi lisan. Kegiatan penyalinan
naskah mulai dilaksanakan dari abad ke-8 SM hingga ke-3 SM. Penyebaran ilmu di
abad 3 SM berpusat di kota Iskandariyah, dikarenakan adanya pusat ilmu
pengetahuan di sana. Pusat studi itu berupa perpustakaan, yang banyak menyimpan
naskah-naskah kuna dalam lembaran papirus. Naskah-naskah kuna tersebut berisi
ilmu mengenai sastra, filsafat, kedokteran, ilmu bintang, ilmu hukum, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kajian filologi sangat berkembang di Yunani. Para
filolog dituntut untuk memahami makna dan mengenal huruf hingga bahasa yang ada
dalam naskah tersebut. Setelah itu, filolog harus menyalin kembali isi naskah
tersebut dengan menggunakan huruf dan bahasa yang sama dengan teks aslinya.
Metode menyalin naskah yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut hingga kini
dikenal dengan kajian filologi, yang terus berkembang pengaplikasiannya. Cara
pertama yang dilakukan oleh para filolog dalam menelaah naskah kuno tersebut
dengan memperbaiki huruf bacaan, ejaan, bahasa, hingga tata bahasa dalam
tulisan. Setelah itu menyalinnya kembali agar mudah untuk dibaca kembali. Ahli
filolog pada zaman tersebut menguasi bidang ilmu kebudayaan Yunani Lama yang
sering disebut dengan aliran Iskandariyah.
- Filologi
di Romawi Barat
Perkembangan kajian filologi di Romawi Barat
dipengaruhi oleh kegiatan penggarapan naskah yang menggunakan bahasa Latin.
Kegiatan ini berlangsung sejak abad ke-3 SM. Naskah tersebut berbentuk puisi
dan prosa yang bermanfaat untuk perkembangan dunia pendidikan di Eropa. Tradisi
menggunakan bahasa Latin dalam penggarapan naskah menjadikan bahasa Latin
dijadikan bahasa ilmu pengetahuan. Selain itu, di Romawi Barat juga banyak
melakukan kajian mengenai naskah keagamaan yang dipengaruhi oleh kegiatan
penyebaran agama Kristen di benua Eropa. Perkembangan filologi pada abad ke-4
mulai menjadikan naskah-naskah yang sudah diteliti dalam bentuk buku yang
disebut codex yang terbuat dari kulit binatang. Hal lain yang mengalami
perkembangan yaitu, mulai menggunakan sistem halaman agar memudahkan untuk
pencarian informasi.
- Filologi
di Romawi Timur
Perkembangan kajain filologi di Romawi Timur bermula
dari kebiasaan menulis mengenai tafsir dari isi naskah yang ditulis di tepi
halaman. Catatan tafsir tersebut merupakan scholia. Di saat kajian teks Yunani
berkembang di Romawi Timur, para peneliti mengenai kajian filologi masih belum
banyak jumlahnya. Sebagai solusinya, naskah-naskah penting diajarkan dalam
kelas-kelas ketika kuliah diberbagai perguruan tinggi.
- Filologi
di Zaman Renaisans
Perkembangan kajian filologi pada Zaman Renaisans
dipengaruhi oleh kekalahan Kerajaan Romawi Timur oleh bangsa Turki di abad
ke-15. Ahli filologi banyak yang berpindah dari Eropa Timur ke Eropa Selatan,
dan menetap di Kota Roma. Di tempat baru, para peneliti naskah lebih banyak
melakukan kegiatan sebagai pengajar, penyalin naskah, hingga penerjemah teks
dari bahasa Yunani ke Bahasa Latin. Selain itu, dengan hadirnya mesin cetak
oleh Gutenberg pada abad ke-15 mengakibatkan kajian filologi semakin
berkembang. Di Eropa kajian filologi digunakan untuk menelaah naskah lama
non-klasik. Oleh karena itu, para ahli filologi harus menguasai bahasa-bahasa
yang ada dalam naskah tersebut. Namun, hal tersebut mengakibatkan kajian
filologi tidak mempunyai arah ilmu. Di abad ke-19 ilmu mengenai kebahasaan
mulai berkembang, yang hingga kini dikenal sebagai ilmu linguistik. Sejak saat
itu, kajian teks dan bahasa memiliki rumpunnya sendiri. Di abad ke-20 kajian
mengenai filologi tetap kembali ke awal untuk menelaah teks klasik. Namun di
kawasan Anglo-Sakson berubah menjadi kajian linguistik.
- Filologi
di Kawasan Timur Tengah
Perkembangan filologi di kawasan Timur Tengah
dipengaruhi oleh ilmu yang dibawa dari Yunani. Budaya belajar di Timur Tengah
sudah ada sejak abad ke-4, hal ini dibuktikan dengan adanya perguruan tinggi
yang beroperasi dan beberapa pusat studi dengan berbagai bidang ilmu yang sudah
berdiri. Di kawasan Timur Tengah banyak terdapat dokumen-dokumen lama yang
ditulis oleh bangsa Arab dan Persia. Karya tersebut ada sebelum agama Islam
tersebar di kawasan Timur Tengah, karya-karya tulisan yang tercipta berupa
puisi dan prosa. Setelah Islam tersebar di negara Arab, karya-karya tulisan
yang memiliki genre mistik menyebar hingga Persia di abad ke-10 Masehi hingga
abad ke-13 Masehi. Adanya bangsa barat yang datang ke kawasan Timur Tengah
mengakibatkan kajian Filologi semakin berkembang. Karya-karya yang dihasilkan
oleh bangsa Timur semakin terkenal hingga dunia barat. Selain itu, teks
tersebut juga banyak diteliti oleh para filolog bangsa barat.
- Filologi
di Kawasan Asia-India
India adalah salah satu negara di Asia yang banyak
memiliki peninggalan naskah kuna. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan
mengenai naskah-naskah prasasti yang sudah diteliti. Naskah yang terkenal dari
negara India yaitu Kassweda yang disusun pada abad ke-6 SM. Naskah tersebut
merupakan kitab suci agama Hindu. Naskah-naskah tersebut mulai diteliti oleh
bangsa Barat pada tahun 1498. Kajian
filologi di kawasan Asia mengenai naskah-naskah yang ada mampu membuka khazanah
kebudayaan Asia. Naskah-naskah tersebut digunakan untuk penelitian studi
humaniora, selain itu naskah tersebut digunakan untuk memperkuat mengenai
penelusuran sejarah bangsa Asia dan kebudayaannya.
KESIMPULAN
Filologi secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata,
yaitu philos yang berarti “teman” dan logos yang berarti “pembicaraan atau
ilmu”. Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti
“senang berbicara” atau “senang ilmu” (Baried, 1996). Arti ini kemudian
berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, dan senang kepada
hasil-hasil karya-karya tulis yang bermutu tinggi, seperti karya sastra.
Tujuan dari mempelajari filologi yaitu untuk
mengetahui isi teks dari pengarang dan mengetahui bentuk teks yang disajikan.
Selain itu, filologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan, ilmu sosial,
hingga sejarah.
Filologi merupakan sumber
dari segala sumber ilmu. Karena dengan filologi, berbagai teks yang berisi
beraneka macam bidang ilmu, dibedah melalui disiplin ilmu filologi. Filologi juga
sering disamakan dengan ilmu sastra, karena melalui kajian filologi, karyakarya
sastra klasik dibedah dan dianalisis. Filologi juga berhubungan erat dengan
linguistik, oleh karena itu filologi juga sering disamakan dengan ilmu bahasa,
terutama diakronik.
REFERENSI
Mario Pei. 1966. Glossary
of Linguistic Terminology. New York: Philosiphical Library. Ras, JJ. 1971.
"Seminar Filologie". Proyek Linguistik. Leiden. Reynold, LD. and
Wilson, N.G. 1968.
Scribes and Scholars.
London: Oxford University Press. Robson, S.0. 1978. Filologi dan Sastra-sastra
Klasik Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Shipley, Joseph T. (Ed.). 1962. Dictionary of
World Literature. Paterson-New Jersey: Littlefield Adam & Co. Soebadio,
Haryati. 1973. ''Masalah Filologi". Prasaran pada Seminar Bahasa Daerah,
Bali-Sunda-Jawa. Yogyakarta.
Maas, Paul, 1972. Textual
Criticism. Diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh Barbara Flower. Oxford:
University Press.
Sutrisno, Sulastin. 1979.
Hikayat Hang Tuah. Analisa Struktur dan Fungsi. Disertasi. Yogyakarta
Siti
Baroroh, Baried; Soeratno, Siti Chamamah; Sawoe; Sutrisno, Sulastin; Syakil,',
Moh. "Pengantar Teori Filologi." (Repositori Kemdikbud. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
Trie
Utari, Dewi." Pembelajaran Filologi Sebagai Salah Satu Upaya dalam
Mengungkap dan Membangun Karakter Suatu Bangsa". (Journal IPM2KPE, 2018)
0 Komentar