Pengantar Filologi

 

PENGANTAR FILOLOGI

1.      Diana Shinta (53020190143)

2.      Dzil Fadlliyah (53020190001)

3.      Miftahul Hafid Muhammad (53020190107)

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga

 

Abstrak: Sebagai salah satu cabang ilmu, filologi tidak mungkin berdiri sendiri dan selalu membutuhkan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, filologi selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan kata lain, filologi lebih mengedepankan pendekatan interdisipliner. Di antara ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan dekat dengan filologi dapat disebutkan antara lain : ilmu bahasa (linguistik), ilmu sastra, sejarah, antropologi, agama, filsafat, kebudayaan, folklor dan ilmu-ilmu lain. Objek studi filologi adalah naskah, sedangkan sasarannya adalah teks. Dalam hal ini kedua istilah tersebut dibedakan artinya dan tidak sama dengan pemahaman sehari-hari. Naskah adalah ujud konkret dari teks yang berupa naskah tulisan tangan atau cetak pada kertas, kulit kayu, lontar, tembaga yang merupakan refleksi kehidupan masyarakat pada zamannya. Sedang teks adalah isi atau kandungan yang ada dalam naskah dan bersifat abstrak termasuk di dalamnya buah pikiran dan perasaan yang terkandung di dalamnya. Naskah-naskah tersebut biasanya disimpan di museum-museum atau perpustakaan dan juga koleksi pribadi yang tersebar di seluruh dunia di hampir 26 negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Naskah yang tersimpan di museummuseum atau perpustakaan biasanya sudah disusun dalam bentuk katalogus naskah.

Kata Kunci: Pengantar, Filologi

PENDAHULUAN

Sejarah dan perkembangan studi filologi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan filologi di Eropa sebagai tempat kelahiran filologi pada masa lalu. Maka pertanyaannya adalah, bagaimana jejak sejarah perkembangan filologi dari Eropa sampai ke Nusantara, kiranya perlu diuraikan secara singkat sejarah perkembangannya dari dulu sampai sekarang.

Awal kegiatan filologi di Iskandaria dilakukan oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM dipelopori oleh Erastothenes. Kegiatan mereka utamanya adalah meneliti naskah-naskah peninggalan abad ke-8 SM yang ditulis diatas daun papyrus. Filolog saat itu harus memiliki pengetahuan yang tinggi karena untuk mengetahui isi naskah terlebih dahulu harus mengetahui huruf yang dipakai, kemudian menyalinnya ke dalam huruf yang berlaku saat itu. Di sinilah proses kerja filologi mereka lakukan dengan membetulkan kesalahankesalahan, membetulkan kesalahan ejaan, bahasa, tata tulis, kemudian menyalin kedalam keadaan yang sudah benar jauh dari kesalahan-kesalahan. Salinan naskah kadang-kadang diberi penjelasan dan komentar serta tafsirantafsiran sesuai dengan interpretasi mereka. Inilah awal munculnya madzab Iskandariyah. Kegiatan perdagangan naskah waktu itu cukup ramai dan berakhir abad ke-1 SM bersamaan dengan jatuhnya Iskandariyah ke bangsa Romawi.

Kegiatan para filolog madzab Isandariyah adalah mengkaji karya-karya Homerus, Plato, Herodotus, Hippocrates, Socrates dan Aristoteles yang berisi berbagai ilmu pengetahuan, filsafat dan karya sastra bermutu tinggi. Setelah Iskandariyah jatuh maka kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan yang berpusat di Roma. Kegiatan ini berlangsung sampai abad ke-4 saat terpecahnya kerajaan Romawi menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur.

 

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti “teman” dan logos yang berarti “pembicaraan atau ilmu”. Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti “senang berbicara” atau “senang ilmu” (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, dan senang kepada hasil-hasil karya-karya tulis yang bermutu tinggi, seperti karya sastra. Tujuan dari mempelajari filologi yaitu untuk mengetahui isi teks dari pengarang dan mengetahui bentuk teks yang disajikan. Selain itu, filologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan, ilmu sosial, hingga sejarah.

B.      Filologi Sebagai Istilah

Filologi sebagai istilah dipakai sejak abad ke-3 S.M. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Erastothenes untuk menyebut proses kerja sekelompok ahli yang melakukan studi terhadap teks-teks klasik Yunani dengan tujuan mencari bentuk mula teks. Istilah filologi semakin lama semakin berkembang dan digunakan dalam berbagai bidang ilmu.

Filologi merupakan sumber dari segala sumber ilmu. Karena dengan filologi, berbagai teks yang berisi beraneka macam bidang ilmu, dibedah melalui disiplin ilmu filologi. Filologi juga sering disamakan dengan ilmu sastra, karena melalui kajian filologi, karyakarya sastra klasik dibedah dan dianalisis. Filologi juga berhubungan erat dengan linguistik, oleh karena itu filologi juga sering disamakan dengan ilmu bahasa, terutama diakronik.

Filologi dalam perkembangan selanjutnya menjadi istilah khusus sebagai ilmu dengan bidang garap teks-teks klasik. Teks-teks klasik tersebut digarap dengan metode khusus untuk berbagai macam tujuan, baik untuk mengetahui maksud penyusunan teks, mengetahui bentuk teks mula, memaknai variasi teks, dan lain-lain.

 

C.      Beberapa Definisi Istilah Filologi

§  Mario Pei dalam bukunya yang berjudul Glossary of Linguistic Terminology memberikan batasan bahwa filologi merupakan ilmu dan studi bahasa yang ilmiah seperti yang disandang oleh linguistik pada masa sekarang, dan apabila studinya dikhususkan pada teks-teks tua, filologi memperoleh pengertian semacam linguistik historis (Baried, 1985: 3).

§  Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 277) merumuskan istilah filologi sebagai ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat di bahanbahan tertulis.

§  Soebadio (1991: 3) menyatakan bahwa filologi adalah teknik telaah yang menyangkut masalah-masalah dalam naskah lama. Filologi juga dapat diartikan sebagai telaah sastra (kesusastraan) dan ilmu (disiplin) yang berkaitan dengan sastra atau bahasa yang dipakai dalam karya sastra. Tetapi dalam perkembangannya telaah dengan teknis filologi kemudian mendapat arti jangkauan yang lebih luas, yaitu dihubungkan dengan masalah-masalah kebahasaan secara umum, termasuk bidang-bidang yang kini digolongkan bidang linguistik, seperti tata bahasa, semantik, perubahan sandi, dan lain-lain.

 

Dewasa ini pengertian filologi telah menjadi lebih luas dan terarah, yaitu meliputi telaah mengenai bahasa yang digunakan manusia (human speech), terutama bahasa sebagai wahana sastra dan sebagai bidang studi yang dapat memberi kejelasan mengenai sejarah kebudayaan (Soebadio, 1991: 3).

§  Sedangkan Morgan L. Walters menyatakan bahwa filologi adalah: The study of the origin, relationship, development, etc. of language. ‘penyelidikan tentang keaslian, hubungan, perkembangan, dan sebagainya dari bahasa.

§  Webster’s New International Dictionary menyatakan bahwa filologi adalah ilmu bahasa dan studi tentang kebudayaankebudayaan bangsa-bangsa yang beradab seperti diungkapkan terutama dalam bahasa, sastra, dan agama mereka (Sutrisno, 1981: 8)

§  Groot Woordenboek der Nederlandse Taal dinyatakankan bahwa filologi adalah ilmu mengenai bahasa dan sastra suatu bangsa, mula-mula berhubungan dengan bahasa dan sastra bangsa Yunani dan Romawi, tetapi kemudian meluas kepada bahasa dan sastra bangsa lain seperti bangsa Perancis, Spanyol, Portugis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Slavia (Sutrisno, 1981: 8).

§  Filologi juga diberi artian sebagai satu disiplin yang berhubungan dengan studi terhadap hasil budaya manusia pada masa lampau (Soeratno, 1990:1). Sedangkan Djamaris (1977: 20) menyatakan bahwa filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah manuskrip-manuskrip kuna

§  Berbeda halnya dengan Bachtiar (1973: 1), yang memberikan batasan bahwa filologi adalah pengetahuan mengenai naskahnaskah sastra. Di Indonesia, yang dalam sejarahnya banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, arti filologi mengikuti penyebutan yang ada di negara Belanda, yaitu suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaan.

 

v  Filologi di Indonesia diterapkan pada teks-teks yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasabahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, dan lainlain. naskah yang mendukung teks dalam bahasa-bahasa tersebut terdapat pada kertas atau lontar.

v  Filologi dalam Kamus Istilah Filologi (1977: 27), didefinisikan sebagai “ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya, atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya”. Djamaris (1977: 20) memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai filologi. Filologi diartikan sebagai suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah manuskrip-manuskrip kuna.

v  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian filologi secara luas, adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi bahasa, sastra, seni, dan lain-lain. Perkembangan tersebut dipelajari melalui hasil budaya manusia pada masa lampau berupa manuskrip-manuskrip kuna yang kemudian diteliti, ditelaah, difahami, dan ditafsirkan.

v  Sebagai suatu disiplin ilmu, filologi memungkinkan adanya studi mengenai hasil budaya (buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilainilai yang turun-temurun berlaku dalam masyarakat) manusia pada masa lampau. Dengan demikian, filologi merupakan suatu disiplin yang tergolong dalam ilmu-ilmu humaniora. Pengertian-pengertian filologi di atas, menggambarkan keluasan jangkauan analisis filologi.

 

D.      FILOLOGI DAN SEJARAH KEBUDAYAAN

Untuk melakukan pendekatan historis terhadap karya-karya sastra lama Nusantara, pemahaman tentang sejarah kebudayaan merupakan hal yang sangat penting, utamanya tentang sejarah kebudayaan Hindu dan Islam. Tanpa pengetahuan yang mendalam tentang sejarah kebudayaan Hindu, orang tidak akan memahami mengapa seorang istri rela terjun ke dalam api sewaktu sang suami dikremasi dalam upacara kematian yang disaksikan orang banyak. Inilah yang disebut patibrata, ialah rela mati untuk bersama suami dengan cara menceburkan diri ke dalam api sebagai bukti cinta istri kepada suami yang sudah terikat kedalam janji sehidup semati. Kejadian seperti itu dilukiskan dalam naskah-naskah Jawa Kuna Smaradhana dan Kunjarakarna. Contoh lain adalah hubungan genealogi raja-raja Jawa yang sering dikaitkan dengan garis mangiwa dan manengen yang menyebutkan bahwa para raja Jawa memiliki garis keturunan sampai kepada para dewa dan nabi Adam. Nabi Adam menurunkan Nabi Sis dan selanjutnya Nabi Sis menurunkan rajaraja di Jawa melalui para dewa yang menurunkan para tokoh wayang melalui keluarga Pandawa. Dari keluarga Pandawa inilah yang kemudian menurunkan Raja Jayabaya yang selanjutnya melahirkan raja-raja di Jawa. Ini suatu bukti bahwa pengaruh kebudayaan Hindu yang mengacu kepada para dewa dan kebuayaan Islam yang merujuk kepada nabi Adam.

Dalam tradisi naskah melayu, kelahiran seorang raja sering dikaitkan dengan terjadinya keganjilan-ganjilan yang menyertai kelahiran sang raja, misalnya ada yang lahir dari kumpulah buih dilaut (Putri Junjung Buih), ada juga yang lahir dari sebuah batang bambu (Putri Betung), kelahiran seorang raja yang turun dari langit dengan membawa bola emas (Agung Batara Dewa Sakti), ada juga yang ditemukan lahir di atas kepala Gajah (Merah gajah). Di samping itu, ada juga yang ditarik silsilahnya kepada Raja Iskandar Dzulkarnain (Sejarah Melayu) yang konon pernah turun ke Bukit Siguntang dan kemudian melahirkan raja-raja Melayu melalui perkawinannya dengan Putri Raja Hindi.

 

E.       KEGIATAN FILOLOGI DI NUSANTARA

Kegiatan filologi di Nusantara diawali dengan kedatangan para musafir dan para pedagang yang datang di Nusantara pada awal abad 15 dan 16. diantara para musafir itu dapat disebutkan antara lain: Tome Pires dan Antonio Lombardo Pigafetta. Tome Pires adalah seorang pegawai kantor Perdagangan Portugis yang pada tahun 1512 ikut kepala dagang ke Cina. Dalam perjalanannya itu ia singgah di Malaka, Sumatra, Maluku dan Nusa Tenggara yang kisahnya ditulis dalam Summa Oriental Sementara Pigafetta yang ikut kapal Magelhaes berkeliling dunia, singgah di Nusantara dengan mencatat suku-suku bangsa di Maluku dan Timor. Ia sempat menyusun daftar kata-kata Melayu yang terdiri dari 426 kata-kata yang diberi judul Vocabuli de Questi Populi Mori.

Kemudian disusul kelompok para pendeta Nasrani yang dikirim ke Indonesia untuk menyebarkan agama Nasrani. Akan tetapi di samping sebagai penyiar agama mereka juga meneliti adat istiadat setempat. Mereka antara lain: Francois Valentijn, M. Teffer, C. Poensen, N. Graafland dan Wilken. Kelompok berikutnya adalah para sarjana bahasa yang dikirim oleh misi dan zending yang bertugas mempelajari bahasa daerah setempat dan menterjemahkan kitab Bijbel ke dalam bahasa-bahasa daerah tersebut. Para Sarjana bahasa ini dilengkapi pengetahuan bahasa Arab, Ibrani, Persia dan Turki. Di antara para sarjana bahasa tersebut dapat disebutkan antara lain: A.C. Ruyl, M. Leydekker, G.H. Werendly, J.H.C. Kern, W. Von Humboldt, Cohen Stuart, dan van der Tuuk. Di antara sarjana yang disebut terakhir tersebut kemudian dikenal sebagai ahli-ahli filologi dan linguistik Nusantara.

Perkembangan Filologi

  1. Filologi di Eropa Daratan

Kegiatan filologi mulai dilakukan oleh bangsa Yunani di abad ke-3 SM di kota Iskandariyah. Masyarakat Yunani berhasil membaca naskah kuna di abad ke-8 SM. Teks tersebut ditulis dengan huruf Funisia, yang kini dikenal dengan huruf Yunani. Teks tersebut ditulis dalam media daun papirus yang digunakan untuk kegiatan transliterasi tradisi lisan. Kegiatan penyalinan naskah mulai dilaksanakan dari abad ke-8 SM hingga ke-3 SM. Penyebaran ilmu di abad 3 SM berpusat di kota Iskandariyah, dikarenakan adanya pusat ilmu pengetahuan di sana. Pusat studi itu berupa perpustakaan, yang banyak menyimpan naskah-naskah kuna dalam lembaran papirus. Naskah-naskah kuna tersebut berisi ilmu mengenai sastra, filsafat, kedokteran, ilmu bintang, ilmu hukum, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kajian filologi sangat berkembang di Yunani. Para filolog dituntut untuk memahami makna dan mengenal huruf hingga bahasa yang ada dalam naskah tersebut. Setelah itu, filolog harus menyalin kembali isi naskah tersebut dengan menggunakan huruf dan bahasa yang sama dengan teks aslinya. Metode menyalin naskah yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut hingga kini dikenal dengan kajian filologi, yang terus berkembang pengaplikasiannya. Cara pertama yang dilakukan oleh para filolog dalam menelaah naskah kuno tersebut dengan memperbaiki huruf bacaan, ejaan, bahasa, hingga tata bahasa dalam tulisan. Setelah itu menyalinnya kembali agar mudah untuk dibaca kembali. Ahli filolog pada zaman tersebut menguasi bidang ilmu kebudayaan Yunani Lama yang sering disebut dengan aliran Iskandariyah.

  1. Filologi di Romawi Barat

Perkembangan kajian filologi di Romawi Barat dipengaruhi oleh kegiatan penggarapan naskah yang menggunakan bahasa Latin. Kegiatan ini berlangsung sejak abad ke-3 SM. Naskah tersebut berbentuk puisi dan prosa yang bermanfaat untuk perkembangan dunia pendidikan di Eropa. Tradisi menggunakan bahasa Latin dalam penggarapan naskah menjadikan bahasa Latin dijadikan bahasa ilmu pengetahuan. Selain itu, di Romawi Barat juga banyak melakukan kajian mengenai naskah keagamaan yang dipengaruhi oleh kegiatan penyebaran agama Kristen di benua Eropa. Perkembangan filologi pada abad ke-4 mulai menjadikan naskah-naskah yang sudah diteliti dalam bentuk buku yang disebut codex yang terbuat dari kulit binatang. Hal lain yang mengalami perkembangan yaitu, mulai menggunakan sistem halaman agar memudahkan untuk pencarian informasi.

  1. Filologi di Romawi Timur

Perkembangan kajain filologi di Romawi Timur bermula dari kebiasaan menulis mengenai tafsir dari isi naskah yang ditulis di tepi halaman. Catatan tafsir tersebut merupakan scholia. Di saat kajian teks Yunani berkembang di Romawi Timur, para peneliti mengenai kajian filologi masih belum banyak jumlahnya. Sebagai solusinya, naskah-naskah penting diajarkan dalam kelas-kelas ketika kuliah diberbagai perguruan tinggi.

  1. Filologi di Zaman Renaisans

Perkembangan kajian filologi pada Zaman Renaisans dipengaruhi oleh kekalahan Kerajaan Romawi Timur oleh bangsa Turki di abad ke-15. Ahli filologi banyak yang berpindah dari Eropa Timur ke Eropa Selatan, dan menetap di Kota Roma. Di tempat baru, para peneliti naskah lebih banyak melakukan kegiatan sebagai pengajar, penyalin naskah, hingga penerjemah teks dari bahasa Yunani ke Bahasa Latin. Selain itu, dengan hadirnya mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 mengakibatkan kajian filologi semakin berkembang. Di Eropa kajian filologi digunakan untuk menelaah naskah lama non-klasik. Oleh karena itu, para ahli filologi harus menguasai bahasa-bahasa yang ada dalam naskah tersebut. Namun, hal tersebut mengakibatkan kajian filologi tidak mempunyai arah ilmu. Di abad ke-19 ilmu mengenai kebahasaan mulai berkembang, yang hingga kini dikenal sebagai ilmu linguistik. Sejak saat itu, kajian teks dan bahasa memiliki rumpunnya sendiri. Di abad ke-20 kajian mengenai filologi tetap kembali ke awal untuk menelaah teks klasik. Namun di kawasan Anglo-Sakson berubah menjadi kajian linguistik.

  1. Filologi di Kawasan Timur Tengah

Perkembangan filologi di kawasan Timur Tengah dipengaruhi oleh ilmu yang dibawa dari Yunani. Budaya belajar di Timur Tengah sudah ada sejak abad ke-4, hal ini dibuktikan dengan adanya perguruan tinggi yang beroperasi dan beberapa pusat studi dengan berbagai bidang ilmu yang sudah berdiri. Di kawasan Timur Tengah banyak terdapat dokumen-dokumen lama yang ditulis oleh bangsa Arab dan Persia. Karya tersebut ada sebelum agama Islam tersebar di kawasan Timur Tengah, karya-karya tulisan yang tercipta berupa puisi dan prosa. Setelah Islam tersebar di negara Arab, karya-karya tulisan yang memiliki genre mistik menyebar hingga Persia di abad ke-10 Masehi hingga abad ke-13 Masehi. Adanya bangsa barat yang datang ke kawasan Timur Tengah mengakibatkan kajian Filologi semakin berkembang. Karya-karya yang dihasilkan oleh bangsa Timur semakin terkenal hingga dunia barat. Selain itu, teks tersebut juga banyak diteliti oleh para filolog bangsa barat.

  1. Filologi di Kawasan Asia-India

India adalah salah satu negara di Asia yang banyak memiliki peninggalan naskah kuna. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan mengenai naskah-naskah prasasti yang sudah diteliti. Naskah yang terkenal dari negara India yaitu Kassweda yang disusun pada abad ke-6 SM. Naskah tersebut merupakan kitab suci agama Hindu. Naskah-naskah tersebut mulai diteliti oleh bangsa Barat pada tahun 1498.  Kajian filologi di kawasan Asia mengenai naskah-naskah yang ada mampu membuka khazanah kebudayaan Asia. Naskah-naskah tersebut digunakan untuk penelitian studi humaniora, selain itu naskah tersebut digunakan untuk memperkuat mengenai penelusuran sejarah bangsa Asia dan kebudayaannya.

 

KESIMPULAN

 

Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti “teman” dan logos yang berarti “pembicaraan atau ilmu”. Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti “senang berbicara” atau “senang ilmu” (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, dan senang kepada hasil-hasil karya-karya tulis yang bermutu tinggi, seperti karya sastra.

 Tujuan dari mempelajari filologi yaitu untuk mengetahui isi teks dari pengarang dan mengetahui bentuk teks yang disajikan. Selain itu, filologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan, ilmu sosial, hingga sejarah.

Filologi merupakan sumber dari segala sumber ilmu. Karena dengan filologi, berbagai teks yang berisi beraneka macam bidang ilmu, dibedah melalui disiplin ilmu filologi. Filologi juga sering disamakan dengan ilmu sastra, karena melalui kajian filologi, karyakarya sastra klasik dibedah dan dianalisis. Filologi juga berhubungan erat dengan linguistik, oleh karena itu filologi juga sering disamakan dengan ilmu bahasa, terutama diakronik.

 

REFERENSI

 

Mario Pei. 1966. Glossary of Linguistic Terminology. New York: Philosiphical Library. Ras, JJ. 1971. "Seminar Filologie". Proyek Linguistik. Leiden. Reynold, LD. and Wilson, N.G. 1968.

Scribes and Scholars. London: Oxford University Press. Robson, S.0. 1978. Filologi dan Sastra-sastra Klasik Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

 Shipley, Joseph T. (Ed.). 1962. Dictionary of World Literature. Paterson-New Jersey: Littlefield Adam & Co. Soebadio, Haryati. 1973. ''Masalah Filologi". Prasaran pada Seminar Bahasa Daerah, Bali-Sunda-Jawa. Yogyakarta.

Maas, Paul, 1972. Textual Criticism. Diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh Barbara Flower. Oxford: University Press.

Sutrisno, Sulastin. 1979. Hikayat Hang Tuah. Analisa Struktur dan Fungsi. Disertasi. Yogyakarta

Siti Baroroh, Baried; Soeratno, Siti Chamamah; Sawoe; Sutrisno, Sulastin; Syakil,', Moh. "Pengantar Teori Filologi." (Repositori Kemdikbud. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)

Trie Utari, Dewi." Pembelajaran Filologi Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mengungkap dan Membangun Karakter Suatu Bangsa". (Journal IPM2KPE, 2018)

 


 

Posting Komentar

0 Komentar